MUTIARA HIKMAH DI PERMULAAN DA'WAH


بسم الله الرحمن الرحيم

MUTIARA HIKMAH DI PERMULAAN DA'WAH
Oleh : Masyhudi Abdullah Al-Kendaly

MASA PERIODE DA'WAH
Masa periode da'wah ini, dimulai dari gua hiro'
Hakikat dan pengaruh yang kuat dan nyata dari perintah berdakwah, adalah sebagai berikut :
1.     Pemberian peringatan yang menjadikan siapa saja yang mendapatkan dan menyalahinya pasti akan mendatangkan kegelisahan dan ketakutan di dalam hatinya.
2.     Tujuan mengagungkan Robb, sehingga siapa yang meyombongkan dirinya di dunia tidak dibiarkan begitu saja melainkan pasti akan dipunahkan.
3.     Membersihkan pakaian dan meninggalkan dosa bisa menyebabkan kesempurnaan lahir batinnya jadi bersih dan menjadi sosok paling ideal ditengah-tengah masyarakat, mengundang pesona semua hati dan decak kagum.
4.     Larang dari mengharap dari yang lebih banyak dari apa yang diberikan agar tidak menganggap perbuatan dan usahanya adalah hebat.
5.     Dalam ayat diisyarat akan adanya gangguan, siksaan dan ejekan  yang bakal dilancarkan oleh orang musyrik dan harus dihadapi dengan kesabaran, agar mendapatkan ridlo dari Allah.[1]
Orang yang masuk islam dari tangan Abu Bakar yaitu Usman Bin Affan Al-Umawi, Zubair Bin Awwam, Abdurrahman Bin Auf, Saad Bin Abi Waqqash dan Thalhah Bin Ubaidillah. Mereka dan yang lain-lainnya masuk islam secara sembunyi-sembunyi. Rosulullah mengajarkan islam secara kucing-kucingan dan perorangan. Dan dengan diturunkan ayat secara berkala, dengan bahasa yang indah membawa orang mukmin kedunia lain tidak seperti dunia yang ada pada saat itu.[2]
Ibnu Hisam menyebutkan, bahwa jika tiba waktu shalat, Nabi dan para sahabat pergi ketempat yang terpencil lalu secara sembunyi-sembunyi mengerjakan shalat agar tidak dilihat kaumnya.[3].
Namun lama-kelamaan orang Quraisy megetahui juga dakwah tersebut namun mereka tidak ambil peduli, sebab mereka mengira bahwa Muhammad hanya salah seorang di antara mereka yang peduli terhadap urusan agama, yang suka berbicara masalah ketuhanan dan hak-hak nya seperti yang biasa dilakukan Umayah Bin Ash-Shallat, Qus Bin Sa'idah, Amar Bin Nufail dan yang lainnya.
Selama tiga tahun dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Selama jangka waktu itu telah terbentuk sekelompok orang-orang mu'min yang senantiasa menguatkan hubungan persaudaraan dan saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan, hingga turun wahyu yang mengharuskan rosulullah menampakkan dakwah kepada kaumnya, menjelaskan kebatilan mereka dan meyerang berhala-berhala sesembahan mereka.[4]
Dakwah nabi secara rahasia adalah untuk menghindari tindakan buruk orang Quraisy yang fanatik dengan kemusrikan dan paganismenya. Dan nabi tidak menampakkan dakwah kecuali pada orang yang memiliki  hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya.
Ketika orang-orang yang menganut islam lebih dari tiga puluh orang, laki-laki dan wanita, rosul memilih rumah salah seorang dari mereka dari mereka, yaitu rumah Arqom Bin Abil Arqom sebagi tempat pertama untuk mengadakan pengajaran dan pembinaan. Dakwah pada tahap ini menghasilkan sekitar 40 laki-laki dan perempuan. Kebanyakan mereka adalah orang-orang fakir, para budak dan orang quraisy yang tidak memiliki kedudukan.[5]



IBROH-IBROH DARI MASA ITU:
1.           Dakwah yang dilakukan secara rahasia dilakukan bukan karena rosul takut akan keadaan dirinya tetapi agar tidak menyampaikan dakwah kecuali pada orang yang telah diyakini akan menerimanya. Ini juga sebagai pelajaran dan bimbingan bagi para dai sesudahnya agar melakukan perencanaan secara cermat dan mempersiapkan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran dan tujuan dakwah.[6]
     Jumhur fuqoha' berkata : jika jumlah kaum muslimin sedikit dan lemah posisinya, sehingga diduga keras mereka akan dibunuh oleh para musuh-musuhnya. Maka menjaga kemaslahatan jiwa dan meyelamatkan jiwa didahulukan karena karena  kemaslahatan menjaga agama belum dapat dipastikan.[7]
2.           Hikmah daripada masuk islamnya dari kalangan yang lemah. Fenomena ini merupakan hasil alamiyah dari dakwah para nabi pada tahapan yang pertama. Seperti kaum Nuh, Fir'aun dan kaumnya, juga kaum Tsamud. Sehingga reaksi dari penolakan terhadap ajakan untuk berserah diri pada Allah semata datang terutama dengan orang-orang yang mengaku berdaulat ( mengaku punya kekuasaan / tuhan ). Sementara orang yang tertindas menyambut dengan baik. Sebagaimana yang bisa kita lihat dari kisah utusan kaum muslimin yang mendatangi istana Kisra, pada Raja Rustum yang sangat sombong. Hal itu terjadi pada perang Qodisiah. Maka ketika terjadi dialog antara utusan dari kaum muslimin dan didengarkan oleh kalangan budak, tentang perihal dari maksud kedatangan kaum muslimin, maka kaum budak dan bawahan dari mereka meyambut gembira dan kaum bangsawan merasa kebakaran jenggotnya. Sampai kaum rendahan diantara mereka berkomentar, " demi Allah, orang arab ini benar, tetapi bagi para petingginya bagaikan disambar gledek dan berkomentar, " dia telah mengatakan ucapan yang senantiasa dirindukan oleh para budak kita.[8].
3.           Syaik Munir Al-Ghodban berkata bahwa dia tidak sependapat jika gerakan islam sekarang harus menempuh gerakan sirriyah selama 3 tahun karena tidak adanya nash yang memerintahkannya. Jadi rentang waktu bukan suatu yang penting tapi hasil operasional dakwah dan kemampuan untuk menghadapi masyarakat yang ada, para pendukung, tokoh-tokoh dan lembaga-lembaga. Dan bahkan adanya beban dakwah terang-terangan, dimulai setelah adanya jaminan perlindungan dari Allah dan Rosulnya. Jadi bagi para pemimpin gerakan islam bertanggung jawab menilai kapan dakwah harus beralih ke tahapan selanjutnya.[9]
4.           Dakwah melalui intelektualitas dari status sosialnya. Karena Abu Bakar As-Siddik sebagai dai yang paling berpengaruh waktu itu dengan dilihat dari banyaknya manusia yang masuk islam lewat dakwah beliau. Hal ini bisa dianalisa bahwa sebagai berikut :
¨                  Ahlaqnya, "yang akrab dengan kaumnya, dicintai dan disayangi."
          Ahlaq merupakan senjata ampuh untuk menarik orang lain, kunci pembuka katup hati, walau bagaimanapun kerasnya. Ahlak jugalah yang menjauhkan para dai dari reaksi saat timbul sikap negatif terhadap dakwah.
¨                  Pengetahuan, "dia adalah orang quraisy yang paling mengerti dan tahu           tentang nasab suku quraisy dan masalah kebaikan-kebaikan dan           keburukan-keburukan pada suku ini."
          Dan ini tidak kalah penting dengan ahlaq yang sudah kami paparkan. Tuntutannya adalah bukan segala macam pengetahuan, tetapi yang pokok adalah pengetahuan tentang masyarakat dan kecenderungan-kecenderungannya, karakteristik jiwa manusia dan hal inilah yang menjadi pintu masuk kedalam hati mad'u ( obyek ) dakwah.
          Setiap hati punya gembok dan dai harus punya kuncinya dan bisa memasukinya dari arah yang tepat dan sesuai arahnya.
¨                  Pekerjaan dan status sosial, "dia adalah pedagang yang berahlaq mulia,          sering didatangi oleh tokoh kaum untuk dimintai pendapat mengenai      banyak hal."
          Status ini menjadikan beliau didengar, terbebas dari meminta-minta dan menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Juga memberi prestise ditengah masyarkat yang nilai tertingginya adalah harta dan popularitas. Dan ini juga yang menyebabkan hubungan pada manusia nampak lebih wajar dan tidak dipaksakan. Karena terbebas dari mencari faktor lain untuk berhubungan dengan mereka. Seorang guru atau pedagang akan lebih mampu untuk bergerak dibanding dengan halnya pegawai yang terikat dengan pada suatu struktur tertentu[10].
5.           Dakwah pada kalangan tertentu bukan berarti membatasi dakwah pada kelompok tertentu. Tetapi penjangkauan dilakukan melalui orang-orang tertentu dengan hasil yang telah dicapai adalah ter'rekrutnya semua lapisan masyarakat pada saat itu. Bisa dilihat dari berbagai kalangan yaitu orang yang merdeka, kaum budak, lelaki, wanita, anak-anak dan orang dewasa. Juga berbagai suku yang ada di Makkah pada waktu itu. Sehingga tidak ada keluarga  di Makkah kecuali satu atau dua orang angotanya ikut serta dalam membangun masyarakat. Daftar  kelompok perincian sahabat dan asal kaumnya bisa dilihat pada kitab Manhaj Haraki, edisi indonesia juz 1 hal 7-9.
6.           Wanita pada waktu itu jumlahnya mencapai 1/4 dari kaum muslimin. Maka dari itu layaknya bagi para aktifis untuk selalu memperhatikan para istrinya, anak perempuannya, atau saudarinya guna membantu dalam kelancaran dakwah.[11]
7.           Pengetahuan tentang sebagian 'fenomena aneh' ini tidak menimbulkan kemarahan selama orang-orang tersebut mencukupkan diri sendiri dan kalangan mereka sendiri. Terserah apa yang dikehendaki selama berupa akidah dan hanya dihati,  dan ibadah yang dilakukan dimasjid dan tidak mencampuri urusan kehidupan.
  Jadi bisa dipahami 'sikap damai' yang kadang ditunjukkan pemerintah jahiliyah jika islam  hanya dijadikan akidah ( keyakinan ) dan ibadah dimasjid saja, kalau tidak dimasukkan kedalam kancah kehidupan tidak usah ditakuti karena…….?!?


الحمد لله رب العا لمين


والله أ علم بالصو لب



Referensi :
¨      Syaikh Shafiyur-Rahman Al-Mubarokfuri, Rahikul Mahtum, Cet 16, Jul 2004, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.
¨      Dr. Muhammad Sa'id Ramadlan Al-Buthi, Fiqus-Siroh, Cet 6, 1999, Robbani Press, Jakarta.
¨      Syaikh Munir Al-Ghadban, Manhaj Haraki I, Cet 2, Rajab 1413 H-Jan 1993 Robbani Press, Jakarta.


[1]  Rahiqul-Mahtum, Hal 97-98.
[2]  Ibid, Hal 104-105.
[3]  Sirah Ibnu Hisam, Hal 1/2477.
[4]  Rahiqul-Mahtum, Hal 106.
[5]  Fiqih Siroh, Hal 66, Seperti Dinukil Pengarang Dari Kitab Siroh Ibnu Hisam 1/249-261.
[6]   Ibid, Hal 67, Hal Ini Dinamakan Siyasah Syar'iyyah ( Politik Syari'ah ).
[7]   Fiqus Siroh, Hal 68.
[8]   Ibid, Hal 70, Juga Merupakan Nukilan Dari Kitab Itmamul Wafa' Fi Sirotil Khulafa', Hal 100.
[9]   Manhaj Haraki, Hal 3.
[10]  Ibid, Hal 6.
[11]  Ibid,  Hal 9.

No comments:

Post a Comment