Surah ‘Abasa (Bahasa Arab: عبس , ‘Abasa "Ia Bermuka Masam") adalah surah ke-80 berdasarkan susunan mushaf dan surah ke-24 sesuai urutan pewahyuan Al-Quran. Surah ini tergolong sebagai surah Makkiyah dan dimulai dengan kata ‘Abasa sehingga dengan demikian dinamai dengan ‘Abasa.
Terdapat perbedaan pendapat di antara ulama Sunni dan Syiah terkait dengan siapa yang bermuka masam. Sebagian berpendapat bahwa teguran Ilahi ini ditujukan kepada Rasulullah Saw namun mufasir dan teolog Syiah tidak menerima pendapat ini. Surah ‘Abasa terdiri dari 42 ayat berdasarkan pendapat para qari Hijaz dan Kufah sementara mengikut pendapat qari lainnya surah ‘Abasa terdiri dari 41 atau 40 ayat. Namun pendapat yang lebih masyhur adalah pendapat pertama. Surah ini memiliki 133 kata dan 553 huruf. Berdasarkan susunan mushaf, surah ‘Abasa adalah surah ke-80 dan sesuai dengan urutan pewahyuan merupakan surah ke-24 Al-Quran. Surah ‘Abasa tergolong sebagai salah satu surah Makkiyah. Dari sisi isi, termasuk surah Al-Mufasshalat dan berukuran relatif kecil. Letaknya pada hizb pertama juz 30 Al-Quran.[1]
Surah ‘Abasa pada permulaannya menyinggung tentang datangnya seorang buta kepada Rasulullah Saw. Karena Nabi Muhammad Saw sedang sibuk berdialog dengan para pembesar Quraisy dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, maka ia tidak begitu menaruh perhatian kepada orang buta itu sebagaiman seharusnya. Akan tetapi, mufasir dan teolog Syiah menolak penafsiran ini dan berpendapat bahwa teguran Ilahi ini tidak dialamatkan kepada Rasulullah Saw. Demikian juga tentang menghitung sebagian besar nikmat Ilahi dengan tujuan supaya manusia bersyukur atas nikmat yang telah diperoleh dan manusia menaruh perhatian kepada Allah Swt, pentingnya menaruh penghormatan dan terbuka dengan masyarakat. Di samping itu, manusia diajak untuk memperhatikan materi pertama penciptaannya yang tidak lain setetes air najis dan tidak bernilai dalam rangka untuk melenyapkan kelalaian dan kecongkakan dari dalam diri manusia. Tema lainnya adalah tentang kepastian terjadinya kiamat, penjelasan tentang para penghuni neraka dan surga.[2]
Surah ‘Abasa pada permulaannya menyinggung tentang datangnya seorang buta kepada Rasulullah Saw. Karena Nabi Muhammad Saw sedang sibuk berdialog dengan para pembesar Quraisy dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, maka ia tidak begitu menaruh perhatian kepada orang buta itu sebagaiman seharusnya. Akan tetapi, mufasir dan teolog Syiah menolak penafsiran ini dan berpendapat bahwa teguran Ilahi ini tidak dialamatkan kepada Rasulullah Saw. Demikian juga tentang menghitung sebagian besar nikmat Ilahi dengan tujuan supaya manusia bersyukur atas nikmat yang telah diperoleh dan manusia menaruh perhatian kepada Allah Swt, pentingnya menaruh penghormatan dan terbuka dengan masyarakat. Di samping itu, manusia diajak untuk memperhatikan materi pertama penciptaannya yang tidak lain setetes air najis dan tidak bernilai dalam rangka untuk melenyapkan kelalaian dan kecongkakan dari dalam diri manusia. Tema lainnya adalah tentang kepastian terjadinya kiamat, penjelasan tentang para penghuni neraka dan surga.[2]
بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ ﴿١﴾ أَن جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ ﴿٢﴾ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ ﴿٣﴾ أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ الذِّكْرَىٰ ﴿٤﴾ أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ ﴿٥﴾ فَأَنتَ لَهُ تَصَدَّىٰ ﴿٦﴾ وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ ﴿٧﴾ وَأَمَّا مَن جَاءَكَ يَسْعَىٰ ﴿٨﴾ وَهُوَ يَخْشَىٰ ﴿٩﴾ فَأَنتَ عَنْهُ تَلَهَّىٰ ﴿١٠﴾ كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ ﴿١١﴾ فَمَن شَاءَ ذَكَرَهُ ﴿١٢﴾ فِي صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ ﴿١٣﴾ مَّرْفُوعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ ﴿١٤﴾ بِأَيْدِي سَفَرَةٍ ﴿١٥﴾ كِرَامٍ بَرَرَةٍ ﴿١٦﴾ قُتِلَ الْإِنسَانُ مَا أَكْفَرَهُ ﴿١٧﴾ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ﴿١٨﴾ مِن نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ ﴿١٩﴾ ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ ﴿٢٠﴾ ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ ﴿٢١﴾ ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنشَرَهُ ﴿٢٢﴾ كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ ﴿٢٣﴾ فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ ﴿٢٤﴾ أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا ﴿٢٥﴾ ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا ﴿٢٦﴾ فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبًّا ﴿٢٧﴾ وَعِنَبًا وَقَضْبًا ﴿٢٨﴾ وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا ﴿٢٩﴾ وَحَدَائِقَ غُلْبًا ﴿٣٠﴾ وَفَاكِهَةً وَأَبًّا ﴿٣١﴾ مَّتَاعًا لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ ﴿٣٢﴾ فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ ﴿٣٣﴾ يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ﴿٣٤﴾ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ﴿٣٥﴾ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ﴿٣٦﴾ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ ﴿٣٧﴾ وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ ﴿٣٨﴾ ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ ﴿٣٩﴾ وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ ﴿٤٠﴾ تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ ﴿٤١﴾ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ (٤٢)
عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ ﴿١﴾ أَن جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ ﴿٢﴾ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ ﴿٣﴾ أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ الذِّكْرَىٰ ﴿٤﴾ أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ ﴿٥﴾ فَأَنتَ لَهُ تَصَدَّىٰ ﴿٦﴾ وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ ﴿٧﴾ وَأَمَّا مَن جَاءَكَ يَسْعَىٰ ﴿٨﴾ وَهُوَ يَخْشَىٰ ﴿٩﴾ فَأَنتَ عَنْهُ تَلَهَّىٰ ﴿١٠﴾ كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ ﴿١١﴾ فَمَن شَاءَ ذَكَرَهُ ﴿١٢﴾ فِي صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ ﴿١٣﴾ مَّرْفُوعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ ﴿١٤﴾ بِأَيْدِي سَفَرَةٍ ﴿١٥﴾ كِرَامٍ بَرَرَةٍ ﴿١٦﴾ قُتِلَ الْإِنسَانُ مَا أَكْفَرَهُ ﴿١٧﴾ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ﴿١٨﴾ مِن نُّطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ ﴿١٩﴾ ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ ﴿٢٠﴾ ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ ﴿٢١﴾ ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنشَرَهُ ﴿٢٢﴾ كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ ﴿٢٣﴾ فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ ﴿٢٤﴾ أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا ﴿٢٥﴾ ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا ﴿٢٦﴾ فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبًّا ﴿٢٧﴾ وَعِنَبًا وَقَضْبًا ﴿٢٨﴾ وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا ﴿٢٩﴾ وَحَدَائِقَ غُلْبًا ﴿٣٠﴾ وَفَاكِهَةً وَأَبًّا ﴿٣١﴾ مَّتَاعًا لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ ﴿٣٢﴾ فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ ﴿٣٣﴾ يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ﴿٣٤﴾ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ﴿٣٥﴾ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ﴿٣٦﴾ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ ﴿٣٧﴾ وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ ﴿٣٨﴾ ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ ﴿٣٩﴾ وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ ﴿٤٠﴾ تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ ﴿٤١﴾ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ (٤٢)
Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
- Diri yang murung serta jemu karena seorang buta menemuinya; tahukah kamu barangkali orang itu ingin memperbaiki diri atau orang itu ingin dinasihati supaya pengajaran tersebut bermanfaat untuk dirinya?, Adapun orang yang mahir, maka kamu meladeni orang tersebut padahal bukan tugasmu sekiranya diri orang tersebut tidak memurnikan diri, Adapun orang yang berupaya menemuimu sambil berharap-harap cemas maka kamu meremehkan orang itu, jangan demikian! sungguh dalam perkara demikian itu terkandung suatu pelajaran; bahwa barangsiapa yang menghendaki maka orang itu memperhatikan hal ini, yakni lembaran-lembaran yang mulia, istimewa, kudus di tangan para penulis yang disegani, berkedudukan. (Ayat:1-16)
- Celakalah manusia; apakah yang membuat orang itu mengingkar terhadap Dia? dari bahan apa Dia telah menciptakan orang itu? yakni dari setetes mani, maka Dialah yang menciptakan orang itu; kemudian Dialah yang merancang keadaan orang itu, lalu Dialah yang memudahkan jalan hidup orang itu; serta Dialah yang mematikan orang itu serta menguburkan orang itu; tatkala Dia menghendaki, Dia bangkitkan orang itu; kiranya jangan demikian! apabila orang itu belum melaksanakan perkara yang telah Dia perintahkan kepada ia. (Ayat:17-23)
- Maka hendaklah orang itu mengamati makanannya, bahwa Kamilah yang mencurahkan air yang berlimpah, kemudian Kamilah yang meresapkan ke dalam tanah yang bercelah-celah lalu Kamilah yang menumbuhkan dari demikian itu; anggur serta tetumbuhan bermanfaat, zaitun serta kurma, hutan-hutan lebat, buah-buahan serta sayur-mayur untuk kenyamanan hidup kalian, demikian pula hewan ternak kalian. (Ayat:24-32)
- Dan tatkala Kegemparan terlaksana yakni sebuah Hari ketika manusia membiarkan saudaranya, ibunya maupun bapaknya, istrinya maupun anak-anaknya, pada hari itu masing-masing dari mereka mempunyai urusan tersendiri, pada hari itu terdapat wajah-wajah riang gembira, tertawa serta bersuka cita; pada hari itu terdapat wajah-wajah berduka dinaungi kegelapan yakni orang-orang kafir yang durhaka. (Ayat:33-42)[3]
[1][2] http://id.wikishia.net/view/Surah_%27Abasa
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_%27Abasa
No comments:
Post a Comment