Nikmat Allah ‘azza wa jalla yang terlimpah kepada kita tiada terbilang hingga kita tidak mampu menghitungnya. Allah ‘azza wa jalla berfirman, yang artinya “Dan jika kalian ingin menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya.” (Quran surat Ibrahim ayat 34)
Assalamu alaikum warokhmatullohi wabarokaatuh
Puji dan syukur
kepada Allah SWT dan Tuhan Semesta Alam. Dialah maha dari segala maha yang
menghidupkan juga mematikan manusia, dan yang menguasai hari pembalasan. Tiada
sekutu bagi Allah karena hanya ada Allah semata.
Shalawat dan
salam Semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Atas perjuangan
beliau, keluarga, dan para sahabat yang mengantarkan umat manusia dari zaman jahiliah
atau kebodohan, menuju ke zaman yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan, serta
cahaya kebenaran.
Teman-teman
yang dirahmati Allah. Di kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan
kultum dengan tema:
“BERHATI-HATILAH
DALAM BERBICARA”
Nikmat Allah
‘azza wa jalla yang terlimpah kepada kita tiada terbilang hingga kita tidak
mampu menghitungnya. Allah ‘azza wa jalla berfirman, yang artinya “Dan jika
kalian ingin menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan mampu
menghitungnya.” (Quran surat Ibrahim ayat 34)
Di antara
sekian banyak nikmat Allah adalah lisan atau lidah yang dengannya seorang hamba
dapat mengungkapkan keinginan jiwanya. Sebagaimana firman Alloh SWT yang artinya:
“Bukankah Kami telah menjadikan untuknya dua mata, lisan, dan dua bibir?” (al-Balad:
ayat 8 dan 9) Dengan lisan ini,
seorang hamba dapat terangkat derajatnya dengan beroleh kebaikan di sisi Allah
‘azza wa jalla. Sebaliknya, ia juga dapat tersungkur ke jurang neraka jahanam
dengan sebab lisannya.
Rasul yang
mulia shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Yang artinya: “Sungguh, seorang
hamba mengucapkan suatu kata yang Allah Ridhoi dalam keadaan tidak terpikirkan
oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat
sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat.
Sungguh, seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murka dalam keadaan
tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka
kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke
dalam neraka Jahanam.” (HR. al-Bukhari no. 6478)
Yang disesalkan
dari keberadaan kita, adalah sering menyalahgunakan nikmat Allah yang berupa
lisan ini. Lisan dilepaskan begitu saja tanpa penjagaan sehingga keluar darinya
kalimat-kalimat yang membinasakan pengucapnya. Gibah, namimah, dusta,
mengumpat, mencela dan lain sebagainya, biasa
terucap. Terasa ringan tanpa beban, seakan tiada balasan yang akan diperoleh.
Membicarakan
cacat/cela seseorang, menjatuhkan kehormatan seorang muslim, seakan jadi
santapan lezat bagi yang namanya lisan Padahal Allah SWT telah mengancam orang
yang tidak bisa menjaga lisannya akan dilempar ke dalam neraka jahanam .
Sementara itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengingatkan dalam
sabdanya, “Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin
selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. al-Bukhari no. 6484 dan
Muslim no. 161)
Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menerangkan, “Kaum
muslimin selamat dari lisannya, yaitu ia tidak mencela mereka, tidak melaknat
mereka, tidak mengghibah dan menyebarkan namimah di antara mereka. Dia tidak
menyebarkan satu macam pun kejelekan dan kerusakan di antara mereka. Dia
benar-benar menahan lisannya. Karena itu, Rasul yang mulia shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau ia
diam.” (HR. al-Bukhari no. 6475 dan Muslim)
“Orang yang
ingin mengucapkan satu kata atau satu kalimat, sepantasnya ia merenungkan dan
memikirkan kata/kalimat tersebut sebelum mengucapkannya. Apabila tampak
kemaslahatan dan kebaikannya, barulah ia berbicara. Apabila tidak, sebaiknya ia
menahan lisannya.” (al-Minhaj, 18/318)
Orang yang
demikian itu Alloh SWT berjanji akan mengangkatnya beberapa derajat dan akan
diselamatkan di hari akhir nanti. Demikian yang dapat
saya sampaikan kurang lebihnya saya mohon maaf.
Jazaakumulloh khoiron
Wassalamualaikum
warokhmatullohi wabarokaatuh.
No comments:
Post a Comment