Dalam tafsir al-Qurthubi diungkapkan definisi musibah sebagai berikut: “Bencana yang mengenai manusia meskipun kecil dan (kata musibah) digunakan dalam hal yang buruk (dibenci).”
Assalamualaikum Warokhmatullohi Wabarokaatuh
Innal hamda lillaah nahmaduhu wa nasta’iinuhu
wanastaghfiruh wa na’uudzu billahi min
suruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa man yahdihillaahu falaa mudhilla
lah, wa man yudhlilhu falaa haadiya lah. Asyhaduan Lailaha illaloh Wa
Asyhaduanna Mukhammadan Abduhu Warosuuluh. Amma Ba’du
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan-Nya kita meminta
pertolongan dalam segala urusan dunia dan akhirat. Salawat dan salam senantiasa
tercurah untuk seorang utusan yang
paling mulia, Yaitu Nabi besar kita Muhammad Shollalohualaihi Wasallam ,keluarganya,
dan semua sahabatnya serta kita yang taat melaksanakan sunahnya semoga kelak di
yaumil akhir mendapatkan syafaatnya. Amin ya robbal alamin.
Jamaah Sholat Tarwih yang dimulyakan Alloh SWT.
Perkenankan pada malam ini saya menyampaikan kultum dengan tema
“KALIMAT
ISTIRJA”
Salah satu kalimah thayyibah yang Nabi ajarkan kepada umatnya
adalah kalimat istirja’ (kepulangan).
Kalimat istirja’ adalah إِنَّا لِلَّهِ
وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ.
Artinya : “Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya
kepada Nya kita kembali.”
Kalimat istrija’ tersebut terdapat dalam Al-Quran Surat al-Baqarah
ayat 156.
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ
وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ
Alladziina idzaa asoobathum musiibah qooloo INNA LILLAAHI WAINNA ILAIHI
ROOJIUUN
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan
kepada-Nyalah kami kembali).
Sesuai dengan konteks ayatnya, kalimat ini diucapkan jika kita sedang mendapatkan MUSIBAH sekecil apapun. Namun, pada kenyataanya banyak yang meng identikan pengucapan kalimat istrija’ ini ketika mendengar orang meninggal dunia. Padahal, sejatinya kalimat ini diucapan untuk seluruh musibah meskipun hanya kasura (tertusuk duri).
اَلنَّكْبَةُ يَنْكُبُهَا الْإِنْسَانُ وَإِنْ صَغُرَتْ
وَتُسْتَعْمَلُ فِى الشَّرِّ
Artinya : “Bencana yang mengenai manusia meskipun
kecil dan (kata musibah) digunakan dalam hal yang buruk (dibenci).”
Sebagai contoh penggunaan kalimat
istirja’ ini, dalam tafsir al-Qurthubi terdapat kisah yang dituturkan Ikrimah.
Suatu malam lampu Rasulullah SAW padam. Kemudian Rasulullah SAW. mengucapkan,
“innā lillāhi ..Wa innā ilaihi rāji’ūn
(Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguh nya kepada Nya
kita kembali).”
Ikrimah bertanya keheranan, “Apakah hal ini musibah, wahai
Rasulullah?”
Rasulullah menjawab,
نَعَمْ، كُلُّ مَا آذَى الْمُؤْمِنَ فَهُوَ مُصِيْبَةٌ
( NA AM , KULLU MAA ADZAL MU’MINA FAHUA MUSIIBAH”
Jawab Rosulillah : “Ya. Segala sesuatu yang menyusahkan seorang
mukmin, itu namanya musibah.”
Jadi, apapun yang menimpa seorang
muslim yang kehadirannya tidak diinginkan dinamakan musibah. Karena itu, ucapan istrija’ ini bukan hanya
diucapkan ketika mendengar berita kematian seseorang, tetapi diucapkan ketika
mendapatkan musibah apapun termasuk yang Nabi alami yakni mati lampu
. Bukan ucapan
“Aduh…!”,
“Alah…!”,
“Euh...!”,
“Ah.. bagaimana PLN ,,,ini
tidak bener..?”.
Dan lain-lain
Terpeleset atau terjatuh, bacalah istirja’.
Kehilangan uang atau sesuatu
barang, bacalah istirja’.
Lupa bawa kunci motor, baca istirja’.
Sandal bagus tertukar sandal jelek di halaman masjid, bacalah
istirja’.
Apapun musibahnya, istrija’ ucapannya. Yaitu “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un”
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat, apabila ada
kekeliruan saya mohon maaf.
Billahi taufik wal hidayah wassalamu alaikum wr.wb
No comments:
Post a Comment