Menghisab dan beramal kebaikan sebelum kematian




Al   kayisu   man   daana  nafsahu    wa  amila   limaa   ba’dal  maoti   
Wal   aajizu   man   atba’a    nafsahu   huwaa   haa   watamanna   alalloohi
Artinya
“Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (Hadis Riwayat . Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)
Jadi ada dua parameter dalam kehidupan kita sebelum datang kematian yaitu   bermuhasabah dan melakukan amal untuk persiapan setelah meninggal.
Yang pertama adalah Muhasabah
Muhasabah dari kata hisab yang berarti perhitungan atau melakukan evaluasi. Kesibukan aktifitas kita terkadang melupakan kita untuk mengevaluasi sejauh mana progres aktifitas dan menilik hal apa yang kurang dan perlu diperbaiki. Padahal evaluasi itu perlu dilakukan, agar kita bisa bernafas dan menata ulang kehidupan kita.
Al Quran menyuruh kita untuk muhasabah  dalam Qur’an Surat . Al-Hasyr   ayat 18  yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Sahabat Umar  Rodiallohu anha . berkata:
”Hisablah atau evaluasilah  diri kalian sebelum kalian dihisab, dan bersiaplah  kalian untuk hari  aradh akbar atau yaumul hisab . Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab atau evaluasi  dirinya di dunia.”
Pernyataan  diatas bermakna bahwa semakin sering kita melakukan muhasabah maka semakin lebih sering memperbaiki diri dan semakin ringan hisab di yaumil akhir. Oleh karena itu, muhasabah bisa dilakukan tiap hari, pekanan, bulanan atau tahunan.
Kedua adalah Beramal untuk Bekal  di ahri ahir
Selain itu, Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action after evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah Solallohu alaihi wasalam  dengan sabdanya dalam hadits di atas yaitu “ beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’ Potongan hadits yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah Solallohu alaihi wasalam  langsung setelah penjelasan tentang muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.
Orang yang pandai bukan hanya bisa bekerja atau mengumpulkan harta, tetapi orang yang juga beramal sholeh untuk hari kemudian. Orang tersebut akan sibuk beraktifitas dan juga berinfaq atau membantu sesama agar mendapatkan pahala di hari akhir. Dalam surat Al Qashash  ayat  77, Allah SWT berfirman  yang artinya
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”
Dalam ayat ini disebutkan keutamaan terhadap bekal di dunia, dengan tidak melupakan kebahagiaan di dunia. Beginilah pola hidup yang patut ditiru sehingga terjadi keseimbangan dalam kehidupan kita agar kebahagiaan di dunia dan akhirat bisa diraih.
Secara ringkas, kita harus  selalu  melakukan muhasabah secara berkala dan beramal untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Semoga kita mendapatkan petunjuk dari Allah SWT untuk menjadi seorang muslim yang hakiki . amin yarobbal alamin
Demikian yang dapat kami sampaikan , apabila terdapat kekeliruan kami mohon maaf yang setulus-tulusnya . Wassalamu alaikum waroh matullohi wabarokatuh 

No comments:

Post a Comment